Microsoft Flight Simulator: Video Game Terbang Realistik dan Murah
<
Sejak 1980-an, Microsoft Flight Simulator merupakan simulator terbang “yang terbaik dan yang paling realistik.” Harganya juga relatif murah.
8 Maret 2014 menjadi hari yang tidak bisa dilupakan dunia penerbangan. Kala itu, Malaysia Airlines Flight 370, atau disebut MH370, yang diterbangkan Kapten Zaharie Ahmad Shah dan kopilot Fariq Abdul Hamid, menghilang bersama 239 orang di dalamnya.
Investigasi lalu dilakukan. Penerbangan dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Beijing, Cina itu diduga jatuh di Samudra Hindia. Sayangnya, tak ada bukti-bukti yang ditemukan dari pencarian area seluas 60 ribu kilometer persegi bernilai lebih dari 55 juta dolar tersebut.
Namun, salah satu temuan yang mencurigakan ditemukan di rumah Kapten Zaharie. Sebagaimana dilaporkan NBC News, otoritas menemukan simulator terbang. Kapten John Cox, pendiri Safety Operating Systems, mengatakan bahwa “untuk orang-orang yang tidak terbang atau seorang pilot privat, ialah normal memiliki simulator terbang di rumah. Namun, bagi pilot profesional hal tersebut bukanlah sesuatu yang lazim.”
Dengan lebih dari 18 ribu jam terbang, Kapten Zaharie disebut telah memiliki cukup keahlian untuk menerbangkan pesawat MH370 yang bertipe Boeing 777. Dan sebagai pilot profesional, maskapai telah memiliki fasilitas yang lebih baik dibandingkan simulator terbang rumahan.k
Salah satu simulator terbang yang ada di pasaran dan bisa dimainkan siapa saja ialah Microsoft Flight Simulator. Dick Aarons, dalam ulasannya atas Microsoft Flight Simulator 2.0 di PC Magazine terbitan 2 Oktober 1984, mengatakan bahwa simulator terbang buatan Microsoft itu sebagai “yang terbaik dan yang paling realistik.”
Microsoft Flight Simulator
Microsoft Flight Simulator diciptakan Bruce Artwick, ilmuwan komputer kelahiran Norridge, Illinois, Amerika Serikat. Pada 1973, Artwick masuk ke jurusan teknik komputer University of Illinois. Namun, tak lama kemudian ia berpaling dan masuk ke jurusan teknik elektro. Selama berkuliah, Artwick ikut serta dalam penelitian tentang dunia penerbangan di Aviation Research Lab, di bawah bimbingan Profesor Bill Gear, ahli komputer, grafis, dan dunia aviasi kala itu.
Tugas akhir Artwick ialah soal grafis 3D bagi simulasi terbang. Selepas lulus, ia bekerja pada Hughes Aircraft, perusahaan pembuat pesawat. Digabungkan dengan tugas akhir dan pengalaman kerjanya itu, Artwick lalu membuat serangkaian tulisan ilmiah tentang bagaimana membuat simulasi terbang 3D menggunakan komputer berbasis mikroprosesor 6800.
Aarons, dalam ulasannya di PC Magazine, menyebut secara tersirat bahwa Microsoft Flight Simulator ialah revolusi dalam dunia simulator terbang. Salah satu alasannya, simulator ini, yang dilabeli “video games” oleh Microsoft, berharga terjangkau dan setara dengan video game lain. Bandingkan misalnya dengan Gulfstream III dan Learjet 36, masing-masing simulasi terbang itu berharga 3 juta dan 49,94 ribu dolar.
Tak lama berselang, Artwick merealisasikan karya tulisnya itu dengan membentuk perusahaan bernama subLOGIC pada 1977. Simulasi terbang 3D, khususnya untuk pesawat Cessna 182, pun tercipta. Pada 1982, Artwick melisensikan—lalu menjual pada 1995—program simulasi terbang buatannya pada Microsoft. Saat itu, Microsoft Flight Simulator lahir dan menjelma menjadi salah satu produk tertua Microsoft, bahkan bila dibandingkan dengan Windows, sistem operasi sejuta u7mat.
Yang tak kalah penting, Microsoft Flight Simulator bisa dipasang dengan sistem komputer rumahan. Stan Miaskowski, dalam tulisannya di Byte Magazine yang terbit pada Maret 1984, menyebut bahwa Microsoft Flight Simulator bisa lancar dijalankan di IBM PC atau Chameleon PC atau Compaq PC, yang menggunakan prosesor berarsitektur 16-bit. Sebagai media penyimpanan, Microsoft Flight Simulator hanya membutuhkan sebuah 5¼ floppy disk dan memori sebesar 16 kilobyte.
Comments
Post a Comment